Selasa, 23 April 2013

Tehnik Turun Tebing

Turun tebing memerlukan tehnik guna menjaga keseimbangan badan dan turun dengan selamat tentunya. Tak mudah, tetapi juga tak terlalu sulit selama kita mau mengenalnya dan mau mempelajarinya disertai praktek yang relatif benar. Tehnik turun tebing ini di kenal di dunia panjat tebing dengan nama Rappeling. Tehnik ini di kategorikan sebagai tehnik yang sepenuhnya tergantung dari peralatan.

Prinsip Rappeling

- Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
- Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
- Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan.
Variasi tehnik Rappeling

1. Body Rappel

Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang terkena gesekan akan terasa panas.

2. Brakebar Rappel

Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali, dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender. Pemakaiannya hampir serupa, dimana gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar.

3. Sling Rappel

Menggunakan sling / tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang digunakan adalah jenis Italian hitch.

4. Arm Rappel / Hesti

Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.

Dalam rapelling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :

1. Periksa dahulu anchornya.

2. Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.

3. Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah ( ke tanah ).

4. Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang ada.

5. Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.

Peralatan Pendakian

1. Tali Pendakian

Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan jenis - jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan - peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10 - 11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :

* Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
* Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok ( merah, jingga, ungu ).

2. Carabiner

Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :

* Carabiner Screw Gate ( menggunakan kunci pengaman ).
* Carabiner Non Screw Gate ( tanpa kunci pengaman )

3. Sling

Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan ( yang menambah beban ) pada chock atau piton yang terpasang.

4. Descender

Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.

5. Ascender

Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.

6. Harnes / Tali Tubuh

Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :

* Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
* Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.

7. Sepatu

Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :

* Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan - pijakan di celah - celah.
* Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga - tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.

8. Anchor ( Jangkar )

Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :

* Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang - lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
* Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain - lain.


Prosedur Pendakian

Tahapan - tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah - langkah sebagai berikut

1. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.

2. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.

3. a. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat - alat ( tali yang akan dipakai ). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.

4. Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba - aba pendakian.

5. Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch ( tali habis ), ia harus memasang achor.

6. Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.

Persiapan Sebelum Panjat Tebing

Panjat tebing butuh persiapan yang cukup matang. Karena seperti halnya dengan pesawat terbang, ketika ia mogok maka fatal akibatnya dan begitu pula yang membedakan panjat tebing dengan olahraga darat lainya. Ketika olahraga darat seperti naik gunung, kita lelah maka bisa istirahat cukup lama, namun ketika kita berada di dinding maka istirahatnya pun tidak bisa lama oleh karena itu dibutuhkan ketahanan fisik yang cukup untuk olahraga panjat tebing ini.


Sebenarnya olahraga panjat tebing ini tidak bersifat hanya fisik semata, di butuhkan strategi khusus untuk menyelesaikan olah raga ini. Seperti kita tahu, kalau panjat tebing maka posisi orang tersebut berada di ketinggian, dengan kata lain ia melawan gaya gravitasi sehingga energi yang dikeluarkan akan cukup banyak. Kalau ia keliru dalam menentukan rute,  jarak akan semakin panjang dan menyebabkan energi kita terkuras habis.

Hal - hal yang perlu dipersiapkan sebelum panjat tebing

1. Persiapan Mental
Mental adalah hal yang utama dalam setiap olahraga kepecinta alaman, karena dengan mental yang tepat dan benar maka fisik pun akan mengikuti. Beda kalau mentalnya sudah jatuh, maka fisik yang kuat pun akan tidak berarti apa apa karena kalah dengan rasa takut yang sudah menjelma dan menguasai diri.

Ingat, orang hebat sekalipun dalam panjat tebing tidak datang dengan tiba - tiba melainkan dengan latihan, so pada saat Anda belum berhasil pada latihan tertentu, teruslah mencoba dan mencoba. Jauhkan diri dari pemikiran seperti : terlalu sulit, sudah cape, rutenya susah, rutenya untuk pemanjat berbadan tinggi /  pendek dan lain sebagainya. Cobalah hadapi dengan sikap yang baik, dan positif untuk selalu mencoba sekuat tenaga. Kalau belum berhasil, coba lagi dan lagi.

2. Persiapan Fisik Kekuatan
Dalam memepersiapakan kekuatan fisik, hampir semua organ akan dibutuhkan. Seperti halnya tangan, kaki, perut, dada, dan juga pinggang. Semua akan berperang penting manakala kita sedang menghadapi posisi sulit ketika memanjat.

Kelenturan
Kelenturan disini disamping pemanasan ketika melakukan panjat tebing, namun kelenturan disini termasuk pula kelincahan kita untuk menggerakan anggota tubuh untuk melewati rute - rute terentu. Kombinasi kelenturan dan kekuatan akan menjadikan alur gerak ( fluidity ) si pemanjat tampak indah dan biasanya wanita lebih memiliki komponen ini.

Daya tahan
Seperti di sebutkan sebelumnya, bahwa olahraga ini kalau bisa kita menggunakan sedikit waktu istirahat yang artinya sanggat di butuhkan ketahanan fisik disini. fisik yang stabil, lebih baik daripada fisik yang kuat namun hanya mampu bertahan beberapa menit. Oleh karenanya kita perlu juga latihan ketahanan tubuh kita.


Adapun jenis latihan yang bisa kita lakukan agar memperoleh tiga komponen diatas adalah :

  1. Push up ( min 100x dalam satu waktu ), kegunaannya yaitu untuk melatih jari agar lebih kuat dalam memegang point.
  2. Pull up ( min 15x dalam satu waktu ), kegunaannya yaitu untuk melatih otot tangan.
  3. Sit up ( min 75x dalam satu waktu ), kegunaannya yaitu untuk melatih otot perut.
  4. Lari kegunaanya untuk melatih kaki dan juga melatih ketahanan tubuh kita
  5. Jumping jack dapat berfungsi untuk melatih kelenturan.
3. Persiapan Alat
Untuk persiapan alat, sepertinya akan terlalu panjang kalau dibahas semua disini. Silahkan di baca kembali di Peralatan Panjat Tebing.

Sejarah Singkat Pecinta Alam

Sering kita mendengar dan menemui sekelompok manusia yang suka berpetualang di alam terbuka dengan membawa nama Pecinta Alam. Dan uniknya, nama tersebut, yakni pecinta alam hanya ditemui di Indonesia. Bukan dari segi bahasa, namun dari segi arti dan makna kalimat. Di Luar negeri sendiri mungkin lebih dikenal dengan nama Aktifis Lingkungan.
 
 



Konsep Pecinta Alam dicetuskan oleh Soe Hok Gie pada tahun 1964. Gie sendiri meninggal pada tahun 1969 karena menghirup gas beracun Gunung Semeru. Gerakan "Pecinta Alam" awalnya adalah pergerakan perlawanan yang murni kultur kebebasan sipil atas invasi militer dengan doktrin militerisme - patriotik. Perlawanan ini dilakukan dengan mengambil cara berpetualang dengan alasannya yakni :

"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia - manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi ( kemunafikan ) dan slogan - slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung." ( Soe Hok Gie - Catatan Seorang Demonstran )

Era pecinta alam sesudah meninggalnya Soe Hok Gie ditandai dengan adanya ekspedisi besar - besaran, dan era berikutnya ditandai dengan Era 1969 - 1974, merupakan era antara masa kematian Gie dan masa muncul munculnya Kode Etik Pecinta Alam .

Era ini menandai munculnya tatanan baru dalam dunia kepecinta - alaman, dengan diisahkannya Kode Etik Pecinta Alam ( KEPAI ) di Gladian IV Ujungpandang, 24 Januari 1974. Ketika itu di barat juga sudah mengenal suatu 'Etika Lingkungan Hidup Universal' yang disepakati pada 1972. Era ini menandakan adanya suatu babak monumental dalam aktivitas kepecintaalaman Indonesia dan perhatian pada lingkungan hidup di negara - negara industri. Lima tahun setelah kematian Gie, telah memunculkan suatu kesadaran untuk menjadikan Pecinta Alam sebagai aktivitas yang teo - filosofis, beretika, cerdas, manusiawi / humanis, pro - ekologis, patriotisme dan anti - rasial.

Dalam Etika 'Etika Lingkungan Hidup Universal' Ada 3 etika yang merupakan prinsip dasar dalam kegiatan petualangan yaitu :

Take nothing but picture, Leave nothing but footprint, Kill noting but time.

Dalam Kode Etik Pecinta Alam Indonesia, disebutkan :

- Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

- Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

PRINSIP DASAR PETUALANGAN DAN PECINTA ALAM

1. Dalam pelaksanaan kegiatan petualangan terdapat etika dan prinsip dasar yang sudah disepakati bersama. Etika dan prinsip dasar tersebut muncul sebagai rasa tanggung jawab kepada alam. Selain didukung dengan perlengkapan dan peralatan yang memadai, juga dalam petualangan mutlak diperlukan kemampuan yang mencukupi. Kemampuan itu adalah kemampuan teknis yang yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efisiensi penggunaan perlengkapan. Sebagai contoh, pendaki harus memahami ritme berjalan saat melakukan pendakian, menjaga keseimbangan pada medan yang curam dan terjal sambil membawa beban yang berat serta memahami kelebihan dan kekurangan dari perlengkapan dan peralatan yang dibawa serta paham cara penggunaannya.

2. Kemampuan kebugaran yang mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam. Berikutnya, kemampuan kemanusiawian. Ini menyangkut pengembangan sikap positif ke segala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi / kemauan, percaya diri, kesabaran, konsentrasi, analisis diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.

3. Seorang pendaki seharusnya dapat memahami keadaan dirinya secara fisik dan mental sehingga ia dapat melakukan kontrol diri selama melakukan pendakian, apalagi jika dilakukan dalam suatu kelompok, ia harus dapat menempatkan diri sebagai anggota kelompok dan bekerja sama dalam satu tim.

4. Tak kalah penting adalah kemampuan pemahaman lingkungan. Pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan spesifik. Wawasan terhadap iklim dan medan kegiatan harus dimiliki seorang pendaki. Ia harus memahami pengaruh kondisi lingkungan terhadap dirinya dan pengaruh dirinya terhadap kondisi lingkungan yang ia datangi.

Keempat aspek kemampuan tersebut harus dimiliki seorang pendaki sebelum ia melakukan pendakian. Sebab yang akan dihadapi adalah tidak hanya sebuah pengalaman yang menantang dengan keindahan alam yang dilihatnya dari dekat, tetapi juga sebuah resiko yang amat tinggi, sebuah bahaya yang dapat mengancam keselamatannya.